Jumat, 07 Februari 2014

HSG



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       SEJARAH
RS Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno. sebagai RS yang mengkhususkan Penderita TBC Anak dan Rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
    Dalam perkembangan RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana pada tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat, pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

1.2        VISI DAN MISI
VISI
“Terdepan, Paripurna dan Terpercaya di Indonesia”



MISI
1.        Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian diseluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.
2.         Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3.        Mengelola keungan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel serta berdaya saing tinggi.
4.         Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.
5.        Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya manusia.
1.3       Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan ilmu, pengalaman dan wawasan yang luas di RSUP Fatmawati .
2.      Tujuan Khusus
a.      Untuk mengetahui sejauh mana materi kontras yang dimengerti .
b.      Untuk memenuhi tugas kampus sebanyak 4 sks .

1.4       Tujuan RSUP Fatmawati
1.        Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi    kaidah keselamatan pasien (Patient Safety)
2.        Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
3.        Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
4.        Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan pelanggan.
5.        Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit.
1.5       PELAYANAN UNGGULAN
Orhopaedi dan Rehabilitasi Medik dengan tetap mengemabangkan pelayanan spesifik yang lain
•Rehab Musculosceletal
•Rehab Spinal Cord Injury
•Rehab Geriatric      
•Rehab Neuromusculer

Orthopaedi
•Spine
•Hand
 •HipsandKnee
 •SportInjury
 •PaediatricOrthopaedi
•LimbandJointReconstruction
•OnkologyOrthopaedi
•FootandAnkle
•ShoulderReconstruction
•Traumatologi





BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Latar Belakang
Dalam Instalasi Radiologi terdapat Sub unit  yang terdiri dari IGH ,Emergency atau IGD dan center, dengan seluruh radiografer berjumlah 23 orang.
Mahasiswa melaksanakan  praktek kerja lapangan di center radiologi di bagi dalam beberapa kamar diantaranya :
Kamar 1
Pemeriksaan vertebrae,cranium,SPN, Thorax MCU/MPK,scoliosis program
Kamar 2
Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu CT-SCAN
Kamar 3
Pemeriksaan ekstremitas superior,ekstremitas inferior, dan pasien ruangan
Kamar 4
Pemeriksaan kontras
Kamar 5
Pemriksaan thorax
Kamar 6
Pemeriksaan BNO IVP,Cystogram
Kamar 7
Pemeriksaan dental,panoramic
Kamar flouroscpy (Lantai 2)
Pemeriksaan dengan bahan kontras seperti colon in loop,lopografi,fistulografi,OMD,APP,HSG,Cholangiografi, oesofagografi,dll.

Ruang Computed Radiography (CR) adalah ruang yang mengolah gambar radiografi sehingga menghasilkan output.Ini adalah ruang CR RSUP Fatmawati :
           
Dari berbagai pemeriksaan tersebut penulis tertarik membahas satu pemeriksaan yaitu HSG dengan penjelasan dihalaman selanjutnya :

2.2       Pengertian Pemeriksaan HSG
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya infertilitas .

2.3         Anatomi dan Fisiologi

Uterus :

Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri yang merupakan bagian terbesar, dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan serviks. Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya pada nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. Beberapa posisi uterus ,antara lain: Antefleksi, rofleksi, teversi, dan retroversi .
Rahim retrofleksi merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana rahim melengkung ke belakang ke arah punggung, sementara rahim biasanya (antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat pada 20% wanita.


Saluran telur (tuba uterina):

Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm. Terdiri dari 4 bagian yaitu:
a.       Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus .
b.      Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya .
c.       Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar .
d.      Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria.

Ovarium:

Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm.

2.4     Patologi Indikasi Pemerikasaan Dan Kontra Indikasi
1. Patologi Dan Indikasi pemeriksaan dari suatu pemeriksaan HSG adalah antara lain sebagai berikut:                                                                                                
·  Sterilisasi primer dan sekunder.
·  Infertilitas primer dan sekunder.
·  Menentukan lokasi IUD,apakah intrauterine atau tidak ( translokasi IUD).
·  Pendarahan pervagina minimal, akibat mioma, polip adenomatous uteri.
·  Abortus habitualis trisemester II yang dicurigai akibat inkompetensi cerviks.
·  Kelainan bawaan uterus, misalnya unicornis, bicornis, uterus septus, dll.
·  Tumor cavum uteri.
·  Hidrosalping, yaitu salah satu bentuk peradangan kronik pada salping dan sering  akhir dari pyosalping dengan resorbsi eksudat purulan diganti dengan cairan jernih.
·  Tuba non paten yaitu tuba yang oklusi sehingga sprema tidak bisa mencapai ampula untuk membuahi ovum.

2. Kontra Indikasi Dari Pemeriksaan HSG
·  Pendarahan pervagina yang berat
·  Infeksi organ genital baik bagian dalam maupun luar
·  Menstruasi
·  Hamil

C. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
- Pasien melakukan perjanjian.
- Pasien menandatangani formulir pernyataan.
- Pasien di beri tahukan beberapa persiapan,diantaranya :
· Pasien dilarang coitus (melakukan hubungan suami istri) sebelum dilakukan   pemeriksaan agar tidak mengganggu pemeriksaan supaya rahim dalam keadaan bersih tidak terdapat sperma.
· Pemeriksaan HSG dilakukan pada hari 9 – 12, dilihat dari siklus haiddan dihitung  dari hari pertama haid.
- Pemeriksaan dilakukan setelah semua persiapan dilakukan dengan baik.
- Pasien diberikan satu tablet spasium dan langsung diminum sebelum   pemeriksaan.
- Pasien ganti baju diruang ganti pasien.
- Lalu supine diatas meja pemeriksaan dan kaki diatas standfoot.
- Tiga puluh menit sebelum pemeriksaan pasien disuntikkan valium intra musculer.

2.5  Bahan Kontras yang digunakan
                        Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 76% . Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke dalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum dengan segera. Pada tahun-tahun terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid yang juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi, sialografi, fistulografi, dan saluran-saluran yang halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga peritoneum 1,3.
          Jumlah bahan kontras yang digunakan berbeda-beda, tergantung pasien, tetapi biasanya mendekati 10 ml 1.Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena komplikasi yang ditimbulkannya yaitu 1:
          - Emboli paru                                                                                                                
          - Granuloma pada permukaan peritoneum
          - Fibrosis peritoneum
          - Penyerapan lebih lama                                                                                               Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin (meglumine iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone), isopaque (metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya .
2.6      Alat Dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG set terdiri atas bahan-bahan steril dan unsteril, yang terdiri dari:
· Pesawat Rร– dengan flouroscopy
· Kaset ukuran 18x24cm; 24x30cm
· Peralatan proteksi radiasi
Steril
· Sonde uterus
· Speculum vagina
· Tenaculum (portio tang)
· Conus dgn ukuran S,M,L
· Sarung tangan steril (hand scoon)
· Kain kassa steril
· Kanula injection dan syring
Un Steril :
· Lampu sorot
· Bengkok
· Foot stand

2.7       Identitas Pasien
1.             Nama                             : Mrs.X
2.             Umur                               : 42  tahun
3.             Jenis Kelamin                 : Perempuan
4.             Tanggal Pemeriksaan    : 19 April 2013
5.             Keterangan Klinis           : Infertilitas primer


2.8    Tekhnik Pemeriksaan
1. Plan Foto
Teknik pemotretan
· Pasien supine diatas meja pemeriksaan
·  Atur posisi pasien agar pelvis simetris
·  Sentrasi kurang dari 2,5 cm garis tengah antara kedua sias atau 2 inchi di atas symphisis pubis
·  Sinar diarahkan tegak lurus film
2. Pemasangan Alat dan Pemasukan Bahan Kontras
· Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien diberi alas.
· Posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut fleksi. sebelum dilakukan pemasangan alat HSG, pasien diberitahukan tentang pemasangan alat dengan maksud agar pasien mengerti dan tidak takut.
· Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan.
· Bagian genetalia eksterna dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril.
· Speculum dimasukkan ke liang vagina secara perlahan-lahan.
· Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat forceps/tenaculum.
· Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde uterus.
· Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix dapat terbuka.
· Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan dengan syiringe yang berisi bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang vegina sehingga conus masuk ke dalam osteum uteri oksterna (ke dalam cervix).
· Tenaculum dan alat salphingograf di fixasi, agar kontras media yang akan dimasukkan tidak bocor.
· Speculum dilepas perlahan-lahan
· Pasien dalam keadaan supine digeser ketengah meja pemeriksaan, kedua tungkai bawah pasien diposisikan lurus.
· Kemudian fluoroscopy pada bagian pelvis dan bahan kontras disuntikkan hingga terlihat spill pada kedua belah sisi.
3. Proyeksi AP
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pelvis rapat pada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg.
Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang melintang
Bahan kontras : disuntikkan 2-5 cc
Central ray : pada symphisis pubis
Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tidak tampak pengisian bahan kontras ke dalam tube fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan spill padaperitoneal cavity (rongga peritoneal).

4. Proyeksi Oblique Kiri
Posisi pasien : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat kira-kira 45ยบ, panggul bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan , kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
Ukuran kaset : 18x24 cm diletakkan melintang
Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis.                                                                 Kriteria gambar : yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri,  serta tidak spill di sekitar fimbrae, tube uterus bagian kanan dan kiri .

6. Post Void/Post Mixi
Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto, setelah pasien miksi
Kriteria gambar
· Daerah pelvis mencakup vesica urinaria
· Daerah uterus (pintu panggul atas terlihat di pertengahan film)
· Tampak sisa kontras, sebagian telah kosong







BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari penyebabinfertilitas.
Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 76% .Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.